Dikutip dari Detik.com, terdapat 10 jurusan/prodi di perguruan tinggi yang disesali oleh mahasiswa karena faktor gaji lulusannya.
Di antara ke 10 jurusan tersebut, satu di antaranya adalah sektor pendidikan. Hampir 61% mahasiswa menyatakan menyesal memilih jurusan pendidikan, karena lulusannya bergaji rendah. Dari 10 jurusan di bidang kependidikan, jurusan Pendidikan Anak Usia Dini menempati urutan ke 7 dengan gaji lulusan yang terendah. Secara umum (global) besaran gaji guru lulusan jurusan PAUD adalah sebesar rata-rata US$40 ribu atau sekitar Rp609,7 juta. Bagaimana dengan gaji guru PAUD di Indonesia?
Rendahnya gaji guru PAUD harus diantisipasi oleh perguruan tinggi, khususnya jurusan/departemen PAUD. Jurusan ini hendaknya menanamkan jiwa kewirausahaan kepada mahasiswa, sehingga memiliki mindset entrepreneurship manakala kelak menjadi guru atau pengelola lembaga PAUD. Jiwa kewirausahaan di sini bukanlah diartikan sebagai komersialisasi pendidikan anak usia dini, tetapi mengarah pada pola pengelolaan lembaga PAUD yang berbasis jiwa kewirausahaan. Lembaga PAUD harus kreatif menciptakan sumber-sumber pendanaan dan mengelolanya secara profesional, sehingga dapat menghasilkan kesejahteraan bagi personal sekolahnya. Hal ini juga penting bagi anak, karena jika saja anak hidup dalam lingkungan edupreneurship, maka akan sejak dini tertanam jiwa kewirausahaan pada anak. Bagaimanapun juga lingkungan yang kondusif akan berpengaruh pada bagaimana pembentukan karakter anak dan dapat mengarahkan kehidupannya kelak.
Guru dan pengelola lembaga PAUD hendaknya selalu berpikir kritis evaluatif, untuk menemukan apa kelebihan, kekurangan, peluang dan tantangan yang dihadapi lembaganya. Penentuan visi dan misi dari lembaga merupakan acuan dalam mengembangkan lembaga ke arah yang berkeunggulan. Oleh karena itu, visi, misi dan tujuan serta program tidaklah hanya fokus dalam menghasilkan anak yang sehat cerdas dan sebagainya, tetapi bagaimana visi lembaga tersebut mengarahkan agar lembaga tersebut berkeunggulan sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalnya bagaimana lembaga tersebut menjadi unggul dan menjadi rujukan berbasis pendidikan kewirausahaan. Dengan demikian maka, misi yang akan dijalankan menjadi lebih luas dengan mengembangkan program-program yang berkualitas.
Siapkah guru dan pengelola lembaga PAUD seperti itu? Jadi dengan demikian jurusan/departemen PAUD sebaiknya tidak menjadi “menara gading” yang indah tapi rapuh. Melalui pembelajaran yang interaktif dan antisipatif, maka diharapkan mahasiswa memiliki jati diri dan karakter kewirausahaan yang kuat. Oleh karena itu jurusan/departemen PAUD harus menekankan pada program pembelajaran berbasis kehidupan (life based leraning program), yang mengadopsi perkembangan era digitalisasi yang super cepat. Pola dan strategi perkuliahan harus berubah dari zona nyaman menuju ke zona yang penuh tantangan dan dengan meningkatkan produktivitas tinggi, dan bukan sekedar paper and pencil test.
Kesimpulannya adalah, agar lulusan PGPAUD merasa bangga dan memiliki penghasilan yang sepadan dan atau lebih tinggi dari tuntutan kehidupan wajar, maka jurusan/departemen PAUD/PGPAUD memerlukan terobosan dengan menekankan pada kompetensi abad 21 yakni berpikir kritis, kreatif, inovatif dan produktif, kolaboratif dan terampil berkomunikasi baik secara oral maupun digital. Semoga dengan upaya ini, maka lulusan PGPAUD bukan lagi menyesal memilih jurusan/prodinya, tetapi justru menjadi bangga dan memiliki jati diri yang higher bargaining position di dalam masyarakat.
*penulis adalah dosen Departemen PAUD, Universitas Negeri Malang