Bagaimana Nasib Lulusan PAUD ke Depan?*

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), memiliki fungsi yang sangat fundamental dalam mengembangkan karakter, agar ke depan anak memiliki eksistensi yang kuat di tengah peradaban yang berkembang sangat pesat. Anak disiapkan agar memiliki soft skills, sehingga keberadaannya ke depan memiliki bargaining position yang tinggi. Mengapa harus berupa soft skills? Anak-anak ke depan akan berhadapan dengan artificial intelligent. Sebagian besar lapangan kerja yang memerlukan kekuatan jasmaniah (otot) akan tergantikan oleh robot-robot cerdas. Oleh karena itu pendidikan yang menekankan pada job seeker akan kehilangan eksistensinya dan akan tergantikan oleh job creator.

Sudah siapkah guru/pendidik anak usia dini mengarahkan mindset pendidikannya ke arah tersebut? Sudahkah pengembangan karakter anak berbasis pada pemilikan soft skills yang kuat pada anak? Berdasarkan pengalaman penulis dalam mendidik pendidik anak usia dini dalam jabatan, ditemukan fakta yang sangat berbeda dengan harapan tersebut. Platform pembelajaran yang dilaksanakan sebagian besar pada pengembangan hardskills. Rutinitas dan pola berpikir linier sangat mendominasi praktik pendidikan untuk anak usia dini. Anak-anak cenderung mendapat kenyamanan dalam belajar dari pada tantangan walaupun dikemas dalam kegiatan bermain. Jarang sekali kita temukan, di mana anak menghadapi tantangan yang mengharuskannya berpikir kritis, kreatif dalam kolaborasi yang tinggi. Anak-anak sekedar menjalankan perintah guru, yang sudah terstruktur dengan baik. Anak-anak jarang sekali dihadapkan pada permasalahan yang menuntut pemikiran kritis, dan memerlukan kreativitas yang tinggi untuk memecahkannya. Terdapat sebuah miskonsepsi terhadap model pembelajaran kelompok, yang menuntut anak-anak berkolaborasi menyelesaikan proyek bermainnya. Dalam model kelompok anak-anak duduk berdampingan, tetapi asyik menyelesaikan tugasnya masing-masing, dan jika sudah selesai maka akan berpindah pada densitas berikutnya. Jika kesempatan di densitas berikutnya masih dikerjakan oleh anak lainnya maka guru mengarahkannya ke sudut pengaman. Tampak anak-anak nyaman dengan kegiatan seperti ini karena memang terpola dan terbiasa. Tidak jarang kemudian, anak-anak yang cerdas justru menjadi destroyer bagi teman-temannya yang tingkat kecerdasannya tidak sepadan. Sehatkah pembelajaran seperti ini?

Dalam kurikulum merdeka tampak terjadi perubahan mindset pendidikan dan pembelajaran untuk anak usia dini. Anak memiliki kemerdekaan dalam belajar melalui bermain. Anak-anak dibiasakan terlibat dalam proyek yang bertujuan untuk menguatkan profil pelajar Pancasila. Tetapi berdasarkan pengamatan dan pengalaman langsung dalam memberikan pelatihan guru di berbagai tempat, tampak sekali jika masih terdapat miskonsepsi terhadap hal tersebut. Sering kata “merdeka” diartikan sebagai kebebasan tanpa adanya suatu alur berkikir yang mengarah pada capaian berpikir tingkat tinggi (HOTS). Pembelajaran hanya sebatas memberikan tugas yang “dianggap sebagai proyek”, tanpa ada landasan yang kuat sebagai cara untuk memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan anak sehari-hari. Istilah “welbeing” diartikan sebagai memberian rasa sejahtera dalam belajar–yang penekanannya terletak pada agar segala kebutuhan anak terpenuhi–dan menjauhkannya dari kegiatanh-kegiatan yang membuat mereka tertantang untuk berkreasi sebagai upaya pemecahan masalah yang dapat dilakukan melalui kegiatan proyek yang menuntut adanya kolaborasi dan komunikasi yang efektif.

Semoga dengan masifnya pergerakan guru dan sekolah penggerak, hal ini segera dapat merealisasikan apa yang seharusnya menjadi hak anak dalam belajar. Semoga di tangan pendidik, kelak anak dapat menjadi insan yang unggul dan berprestasi dalam menciptakan lowongan kerja dan bukan menjadi “pengemis” pekerjaan.

*ditulis oleh I Wayan Sutama, dosen PGPAUD Universitas Negeri Malang

**silakan pembaca menyampaikan opini ilmiahnya terkait pendidikan anak usia dini, dan tulisan di atas dapat ditanggapi melalui web apgpaud.org. Kami dengan senang hati menerima opini dari akademisi dan praktisi pendidikan anak usia dini. (salam dari tim divkominfo apgpaudindonesia)