era digital versus pandemi covid-19

Perkembangan IPTEKS yang sangat cepat telah mengantarkan kita pada era digital. Era digital ditandai dengan penggunaan teknologi informasi yang sangat masif pada semua golongan, dan pada semua dimensi kehidupan, baik ekonomi, sosial, pendidikan, politik maupun pertahanan dan keamanan. Khusus di bidang pendidikan, era digital menjadikan proses pendidikan berlangsung sangat terbuka, ditandai dengan kemudahan mengakses informasi dan memanfaatkan teknologi informasi untuk pendidikan dan pembelajaran. Oleh karena itu, sangat familiar istilah-istilah seperti blended learning, literacy digital, kuliah online, dan sejenisnya.

Di bagian lain, era digital juga disertai dengan persebaran virus corona yang bermula di Wuhan, China. Persebarannya pun begitu cepat dan mendunia. Tidak hanya informasi terkait covid-19 yang dengan super cepat menyebar, tetapi virusnya juga mendunia dalam waktu saangat singkat. Dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat global, karena mampu melumpuhkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Setiap kejadian ada hikmahnya, itu barangkali pernyataan yang menyejukkan di tengah-tengah gempuran covid-19. Setiap negara berupaya mengatasi wabah ini dan dampak yang diakibatkannya. Dunia ilmiah disibukkan dengan proses penemuan vaksin. Dunia pendidikan berjibaku menggunakan teknologi digital untuk keberlangsungan proses pendidikan dan pembelajaran. Di bidang kesehatan para ahli seakan berlomba menemukan alat dan perangkat kesehatan yang mutakhir. Di dunia politik juga tidak kalah serunya beradu argumentasi dalam menyelamatkan warga negaranya. Inilah sebagian kecil dari gempita perlawanan terhadap covid-19 sehingga akhirnya muncul istilah “berdamai”

Di mana hikmahnya?

1. Semua lapisan masyarakat harus terbiasa dengan era kehidupan sosial yang baru, yang sebelumnya tidak pernah ada dalam wacana atau kajian, seperti lockdown, PSBB dan sejenisnya. Masyarakat harus terbiasa untuk disiplin dan berkehidupan yang sehat dalam arti luas.

2. Dunia pendidikan secara perlahan harus mulai dengan pola digitalisasi. Pendidik, peserta didik dan official pendidikan harus terbiasa menggunakan teknologi informasi modern untuk menopang keberlangsungan pendidikan dan pembelajaran.

3. Dunia ilmiah dan teknologi telah berupaya memanfaatkan teknologi digital dalam mengatasi persoalan kesehatan, sehingga banyak temuan-temuan baru yang super modern.

4. Dunia politik semakin membuat masyarakat semakin cerdas dalam berpolitik. Bergejolaknya berita bohong (HOAKS) akan membuat masyarakat semakin cerdas dan bijaksana dalam berpolitik.

5. Dunia ekonomi harus belajar dari kelumpuhannya akibat covid-19, untuk tumbuh dan bangkit kembali sehingga imun terhadap goncangan cobaan, dan mampu menjadikan peluang dan tantangan berbasis pada kekuatan dan kelemahan yang selama ini dimilikinya.

Akhirnya, seberat apa pun cobaan akan membuka peluang bagi kita untuk bangkit, mengedepankan pada critical thinking, innovative and creativity, collaboration and networking, serta communicating. Mari kita songsong “New Normal” dalam sendi-sendi kehidupan sosial kemasyarakatan. Kita harus berani berpikir yang berbeda bukan lagi linier. Kita bangun generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter melalui pendidikan yang berkualitas, mulai dari pendidikan anak usia dini, karena usia dini merupakan golden age, yang sangat potensial untuk mengembangkan  generasi harapan menuju generasi emas di tahun 2045, yakni generasi yang cerdas dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia. (semoga); (I Wayan Sutama, 26-05-2020).